Sabtu, 24 Oktober 2015

Meninggalkan Dirimu

Siang ini, matahari begitu menyengat. Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 12. Di bawah langit terik ini, aku sedang bergumul dengan kerumunan orang di jalanan. Terlalu padat dan sesak. Tergesa-gesa melewati kerumunan tersebut karena waktu tak kunjung berhenti.

"Akhirnya, sampai di halte", pikirku. Kulirik jam di tangan, masih lama rupanya. Selama penantian bus, pandangan diedarkan pada sekitar. Ada yang sedang bercengkrama. Menyebrang jalan. Sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kulayangkan pikiran ke masa dimana mimpi masih layak diperbincangkan. Masa dimana belajar pun masih dapat bercanda. Masa dimana aku dan kamu mengunjungi kampus kuning ini.

Mungkin hingga saat ini, kamu tak pernah menyadari sedikitpun apa yang kurasa. Mungkin hingga nanti kita berjumpa kembali, keadaannya tetap sama. Tak ada artinya aku. Biasa saja. Atau mungkin, kita tak akan pernah berjumpa lagi?

Aku rindu.

Pada mata sendu yg sekali menatapku.

Disini, aku masih tak kuasa membayangkan bahwa kamu tak dapat berjuang dalam ruang yang sama. Disini, aku masih berharap tiba-tiba saja kamu datang. Entah apa alasannya. Entah bagaimana caranya.

Disini, aku berharap ada satu waktu dimana kamu tahu pemilik doa yang selalu ditujukan padamu.

Aku.

...

Suara rem bus menyadarkanku. Hah, kupaksa langkah kaki berayun. Meninggalkan kenangan. Meninggalkan dirimu.

0 comments:

Posting Komentar

Sabtu, 24 Oktober 2015

Meninggalkan Dirimu

Siang ini, matahari begitu menyengat. Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 12. Di bawah langit terik ini, aku sedang bergumul dengan kerumunan orang di jalanan. Terlalu padat dan sesak. Tergesa-gesa melewati kerumunan tersebut karena waktu tak kunjung berhenti.

"Akhirnya, sampai di halte", pikirku. Kulirik jam di tangan, masih lama rupanya. Selama penantian bus, pandangan diedarkan pada sekitar. Ada yang sedang bercengkrama. Menyebrang jalan. Sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kulayangkan pikiran ke masa dimana mimpi masih layak diperbincangkan. Masa dimana belajar pun masih dapat bercanda. Masa dimana aku dan kamu mengunjungi kampus kuning ini.

Mungkin hingga saat ini, kamu tak pernah menyadari sedikitpun apa yang kurasa. Mungkin hingga nanti kita berjumpa kembali, keadaannya tetap sama. Tak ada artinya aku. Biasa saja. Atau mungkin, kita tak akan pernah berjumpa lagi?

Aku rindu.

Pada mata sendu yg sekali menatapku.

Disini, aku masih tak kuasa membayangkan bahwa kamu tak dapat berjuang dalam ruang yang sama. Disini, aku masih berharap tiba-tiba saja kamu datang. Entah apa alasannya. Entah bagaimana caranya.

Disini, aku berharap ada satu waktu dimana kamu tahu pemilik doa yang selalu ditujukan padamu.

Aku.

...

Suara rem bus menyadarkanku. Hah, kupaksa langkah kaki berayun. Meninggalkan kenangan. Meninggalkan dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers