tag:blogger.com,1999:blog-34590006918064173592024-03-18T21:51:08.411-07:00A Lot of Peacehasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.comBlogger387125tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-68032679005897693172021-10-10T08:44:00.001-07:002021-10-10T08:44:30.499-07:00Aneh.<p> Kenapa ya sukanya tuh untuk hal-hal yang gabisa digapai? Kalau kata peribahasa, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Iya emang kebiasaan bgt. Kebiasaan nyakitin diri sendiri. Lol</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-59354755188433365102021-09-11T08:23:00.001-07:002021-09-11T08:23:10.736-07:00Entah<p> Dalam titik sejenuh-jenuhnya sengan hidup. Entah. Semuanya berjalan datar. Ada satu hal yg bergejolak seakan meneriakkan kalau hidup tidak bisa berjalan seperti ini terus. Rasanya ingin memulai hidup baru. </p><p>Mungkin memang di usia pertengahan 20-an seharusnya sudah benar-benar hidup mandiri. Menentukan jalan hidup sendiri. Menjalani hidup apa adanya sendiri. Bergantung pada orang lain di usia ini benar-benar menyesakkan? Entah.</p><p>Tapi lagi-lagi seperti ada rantai yang mengikat. Ketakutan. Tak berani mengambil risiko. Takut gagal. Hah. Anggap saya pecundang. Memang.</p><p>Benar-benar buntu. Rasanya seperti tak ada jalan keluar.</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-75159325622340452052021-07-27T09:13:00.001-07:002021-07-27T09:13:01.911-07:00Dilema<p> Tadinya kagum aja. Tiba2 jadi membuncah gini. Masalahnya hal ini salah. Hah. Baru saya rasakan. </p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-79501443201359932652021-07-24T10:27:00.001-07:002021-07-24T10:27:23.387-07:00Cinta di pertengahan 20-an<p> Aneh, cinta di usia ini terasa kompleks. Tidak seperti semasa sekolah. Perasaan ini seakan tak banyak pertimbangan. Jatuh ya jatuh saja. Tak peduli ke depannya seperti apa. Pun, jatuhnya dgn teman sebaya. Tak banyak yg dipusingkan.</p><p>Selepas kuliah, rasanya perasaan ini semakin sulit. Bertemu org yg berbeda beda. Banyak pertimbangan untuk ke langkah serius, katanya. Sejujurnya, aku hanya ingin menikmati sekejap saja. Tanpa perlu menjadi visioner. Just enjoy the moment. Tapi lagi2 tak bisa. Hah, udh gatau harus gmn.</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-80783387964979349302021-07-19T07:29:00.001-07:002021-07-19T07:29:57.022-07:00Terjerat<p> Ketika lu gatau mau kemana lagi. Semuanya buntu. Ketika bener2 gabisa jadi org yg kapabel, bisa diandalkan. Rasanya cape banget. Asli. Masih gabisa jadi tempat bertumpu org. Rasanya pgn lepas. Bebas. Tapi, entah kemana. Saya terjerat kembali</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-26300626349456990082021-07-05T08:36:00.001-07:002021-07-05T08:36:16.896-07:00Kabur, lagi?<p> Sedang di titik ingin lari dari segalanya ke tempat yg baru. Lingkungan baru, budaya baru, orang2 baru. Menjelajahi sudut dunia yg lain. Rasanya sudah pengap disini. Kapankah? Bahkan ancang2 pun belum ada</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-35211694178331445442021-07-02T07:23:00.001-07:002021-07-02T07:23:03.931-07:00Salah. Lupa putar balik.<p> Dulu, aku paling bisa menahan rasa. Paling bisa tau kapan harus berhenti. Apalagi, kalau sudah paham ada jurang yg berbeda. Apalagi, kalau sudah mengerti bahwa probabilitasnya bagai jarum dalam jerami. Sulit. Tak mungkin.</p><p>Nyatanya, malah semakin dewasa, makin sulit untuk menahan rasa ini. Aku lupa dimana remnya. Hal ini berujung pada bendungan air mata. Aku tahu. Aku yang salah. Aku yang bodoh.</p><p>Hah. Tuhan, tolong segerakan aku untuk sampai pada nama uang sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Aku hanya takut semakin tersesat dan tak tahu putar arah kemana.</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-77894435888726024712021-06-04T10:52:00.001-07:002021-06-04T10:52:52.822-07:00<p> Should i just give up? Pause and start everything i want?</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-2662487325058055882021-06-03T08:28:00.001-07:002021-06-03T08:28:18.255-07:00<p> Merasa bodoh, tidak kapabel, tidak bisa apa-apa adalah kondisi yg ku benci. Tapi benar2 terjebak. Seperti dalam karung. Meraung-raung. Namun, tak bisa.</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-67412637980765988462021-06-03T08:27:00.001-07:002021-06-03T08:27:04.683-07:00Lelah<p> Aku tak tahu kalau menjadi dewasa sebegitu dilemanya. Aku merindu kebebasan untuk memilih hal yg diinginkan, bukan karena tuntutan sosial. Tetapi, murni karena keinginan sendiri. Sayangnya, ada perihal material yg perlu dicapai. Financial freedom katanya. Dalam mencapainya aku tidak merasa bebas. Hah.</p><p>What should I do? I don’t know.</p><p><br /></p><p>Aku benar2 ga tahu. Aku hilang arah. Tuhan, aku gatau harus berjalan ke arah mana. Aku benar2 tersesat. Pun, lelah. Hingga ke ubun2 dan mengakar dalam hati.</p>hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-40532818722251210162020-05-31T09:28:00.001-07:002020-05-31T09:28:30.939-07:00Aku rinduRindu ini buta, entah perasaan ini karena sepi menggerogoti atau memang benar adanya rindu ini semakin membuncah walau jarak dan waktu sudah tak mampu ditepis. Segala kenangan tentangnya masih terpatri. Bahkan, aku tak tahu bagaimana caranya terlepas. Aku hanya tak dapat merelakan memori itu menguap begitu saja karena itu salah satunya jalan agar tetap terhubung dan menguatkan diri. Salah satu cara agar aku dapat tetap menghidupkan kamu dalam hidupku.<br />
<br />
Ya, aku rindu masih dengan orang yang sama. Hingga terbingung siapakah yang akan menjadi pelabuhan terakhir. Aku masih terikat dan belum mampu melepaskan. Aku masih belum mampu meruntuhkan dinding pelindung hati ini. Aku masih takut membangun kepercayaan pada lain.<br />
<br />
Aku harus bagaimana?hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-10389784115855830812020-05-31T09:25:00.000-07:002020-05-31T09:25:05.190-07:00Aku Ingin.....Aku ingin....<br />
memutar waktu, kembali ke masa bahagia<br />
memilih potongan-potongan fase hidup yang begitu indah untuk dikenang<br />
kembali bertemu orang-orang yang sudah lama tidak berjumpa<br />
merasakan jatuh cinta anak sekolah<br />
tak perlu memikirkan ini itu<br />
yang dia tahu hanyalah perasaannya<br />
yang dia pertanyakan apakah perasaannya berbalas<br />
<br />
Aku ingin...<br />
kembali jatuh dalam bola matanya<br />
terlena hingga lupa memijakkan kaki<br />
tersipu hanya karena satu dua patah kata<br />
menyapanya begitu mudah<br />
menceritakannya pada teman dekat<br />
<br />
Aku ingin...<br />
terbebas dari segala tuntutan<br />
menjalani hidup yang diinginkan<br />
tanpa peduli apa kata orang<br />
bukan terjerat uang dan pengakuan<br />
tapi tuk mewujudkan angan-angan<br />
yang katanya mimpimu terlalu sederhana<br />
<br />
Aku ingin...<br />
kembali merasakan perasaan hangat<br />
hanya karena melihat mentari senja<br />
hanya karena angkutan umum yang tidak <i>ngetem </i>terlalu lama<br />
berjalan kaki memandangi hiruk pikuk stasiun hingga sekolah<br />
duduk bersebelahan dengan <i>gebetan </i>masa sekolah<br />
jajan di kantin saat jam kosong pelajaran<br />
<br />
Aku ingin...<br />
merasa bebas kembali<br />
itu saja, bisakah?hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-64863161753164172132020-05-25T08:11:00.000-07:002020-05-25T08:11:04.234-07:00Am I Push People Too Hard?hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-5025589683485306372020-05-25T08:00:00.000-07:002020-05-25T08:00:14.498-07:00Sebatas Ini?Orang - orang datang dan pergi. Bukan salah siapa-siapa karena hidup memang sudah sepantasnya begitu. Tapi, apa aku bisa untuk tetap mempertahankan komunikasi seperti sebelum-sebelumnya? Aku tidak yakin bisa.<br />
<br />
Rasa takut menyelubungi. Takut ditinggal. Takut meninggalkan. Takut melepaskan. Pada akhirnya, komunikasi yang dibangun hanya setengah-setengah. Tidak mau terikat.<br />
<br />
Namun apalah aku seorang manusia, makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya. Tetap saja ada rasa hilang dan hampa yang menggerogoti ketika kita mesti berpindah ke satu fase berbeda dan perpisahan menanti. Aku tidak bisa, lagi-lagi tidak bisa menghindarinya<br />
<br />
Saat itu pula aku sadar kalau circle kehidupan semakin mengerucut. People who stay - bisa dihitung dengan jari. Beberapa tak terjangkau dan rindu hanya dapat ditahan dalam asa. Memori pun pudar hingga yang tersisa adalah lembaran foto, rekaman - benda mati pemutar memori lalu.<br />
<br />
Aku tak mau egois tapi rasa kehilangan ini begitu besar. Mungkin, aku begitu nyaman dengan situasi dahulu, saat tawa canda menghidupi, saat menyapa hanya sebatas "hai" di kelas, saat curhat hanya sebatas mengeluh mata kuliah. Mungkin lagi, aku benar-benar sudah terikat dengan mereka. Tapi, jujur, aku benar-benar rindu.<br />
<br />hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-80481532765735326512020-01-06T07:42:00.001-08:002020-01-06T07:42:09.011-08:00Aku IniAku, sempat terjebak<br />
Pada satu kekhawatiran yang berujung pada ketakutan<br />
Mendorong jauh semua yang menghampiri<br />
Siapapun dan apapun itu<br />
Demi untuk melindungi diri sendiri<br />
<br />
...<br />
<br />
Ternyata aku terlalu jauh melampaui semuanya<br />
Malah mengungkung diri pada dasar kemandirian<br />
Demi untuk menjaga hati sendiri<br />
Takut bergantung pada yang lain<br />
<br />
Hingga pada saatnya sebuah kehampaan muncul<br />
Jenuh<br />
Kosong<br />
<br />
Hingga pada saatnya tersadar<br />
Bahwa diri ini<br />
Tak mampu sendiri<br />
<br />
Hingga pada saatnya dilematis mengetuk pintu<br />
Mendobrak dinding kokoh itu<br />
Menimbulkan segala tanya<br />
<br />
"Sudahkah ini saatnya?"<br />
<br />
...<br />
<br />
Aku masih mencoba<br />
Untuk berani menaruh rasa percaya tanpa mengharap kembali<br />
<br />
..karena sejujurnya apa - apa yang telah mengurung diri ini adalah segala ketakutan dan kekhawatiran pun harapan yang bertepuk sebelah tangan<br />
<br />
Tuhan, jika memang ini saat yang tepat untuk orang yang tepat, maka izinkanlah aku mempercayai segala takdir yang memang telah dituliskan untukku dan untuknya.<br />
<br />hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-41634293044769328462019-12-30T06:57:00.000-08:002019-12-30T06:57:04.941-08:00Apakah Ini Saatnya Kembali Menjadi Manusia?<div style="text-align: center;">
<i>"Tuhan, saya ingin menjadi manusia kembali"</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
Dulu, saya mengukuhkan hati bahwa tak akan membukanya kembali untuk sementara waktu. Menyembuhkan luka, alasannya. Takut terjatuh dan terseok kembali, logikanya. Namun, seiring waktu diri ini menutup hati, sejalan itu pula hati ini mengeraskan dindingnya. Bahkan, menjadi kebas. Teramat kebas.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hingga, pada satu waktu, ada jalan cerita yang tak pernah saya sangka akan benar - benar menjadi nyata. Skenario Tuhan memang terlalu ajaib. Ada saja hal yang memang harus terjadi dan terjadilah. Cukup dengan satu pertemuan, hati ini gentar. Goyah. Meragu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Butuh berapa banyak lagi pengelakan untuk menetapkan bahwa sebenarnya yang telah terjadi bisa saja memang kebetulan? Atau memang Tuhan punya rencana-Nya? Saya tidak tahu. Saya benar-benar tidak tahu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
...</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya yang mencoba membuka diri, lagi-lagi tak yakin. Ketakutan akan memiliki separuh rasa kembali, ketakutan akan segala penolakan, ketakutan akan kehilangan kembali menggelayuti. Saya benar-benar takut.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Satu lagi, keraguan bahwa memang perasaan ini benar adanya atau saya hanya butuh sebuah pelarian dari penatnya hidup? Saya pun benar-benar ragu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
...</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apa memang semua ini layak untuk dijalani?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apa memang ini saatnya untuk kembali membuka diri?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apa memang ini saatnya untuk melunakkan hati dan kembali menjadi manusia seutuhnya yang memiliki perasaan?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pertanyaan tersebut terus menggerogoti pikiran ini. Tak ada habisnya. Tak ada jawabnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
....</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apa memang saya harus memberi kesempatan? Untuk kebaikan diri ini?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tuhan, kuatkan saya jika memang ini yang terbaik jalannya...</div>
hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-28033355469766952142019-03-30T09:46:00.000-07:002019-03-30T09:46:00.500-07:00Menikah?Terpicu untuk menulis tentang topik ini karena telah menyelesaikan webseries Space# berjudul "Kenapa Belum Nikah?". Bagus serialnya, rekomen untuk ditonton. Ternyata, banyak alasan orang dewasa untuk menunda pernikahan, ya.<br />
<br />
Sejujurnya, memasuki usia 20-an, topik menikah begitu hangat diperbincangkan. Satu demi satu teman sekolah/kuliah sudah memasuki fase hidupnya yang baru. Ya, pernikahan. Lalu, bagaimana dengan saya sendiri? Ah, sederhananya, urusan diri sendiri saja masih kelabakan, bagaimana mengurusi dan masuk ke kehidupan orang lain?<br />
<br />
...<br />
<br />
Dulu (dan mungkin sekarang masih) merencanakan untuk menikah muda. Yaa kira-kira dibawah 25 tahun. Namun, tiba-tiba kenyataan begitu menohok diri ini dan membuat beberapa pikiran terbesit seperti, "Memangnya saya sudah siap?"; "Memangnya bekal buat fase hidup selanjutnya sudah mumpuni?"; oh satu lagi, "Memangnya sudah ada calonnya?". Pertanyaan terakhir sih yang paling menohok.<br />
<br />
Ya, mau bagaimana lagi, ditampar kehidupan malah membuat saya skeptis. Apalagi tentang pernikahan. Masih mencari tahu dan belajar lagi. Saya hanya takut salah langkah; salah pilih; karena bagi saya pernikahan sesakral itu, sekali seumur hidup. Ya, istilahnya, masih memperbaiki diri. Semoga jodoh dan sekaligus suami saya nanti juga sedang mempersiapkan dan memperbaiki dirinya ya. *uhuk*<br />
<br />
....<br />
<br />
Satu lagi, hal yang membuat saya seperti tertahan untuk memasuki jenjang itu. Trauma. Menjadi seorang introvert yang benar-benar pemendam itu sangat membuat lelah terutama dalam hal percintaan. Diam-diam menyimpan rasa, diam-diam mengalah, diam-diam sakit hatinya, diam-diam merelakan, diam-diam melepaska. Saya ga pernah tau gimana caranya mengekspresikan perasaan. Yasudah, dijalani saja lah, kalo jodoh ga kemana, kan, pikir saya. Ujungnya, yang tertoreh hanya luka. Jadinya...... saya mulai gabisa percaya kalo cinta itu benar adanya. Kenapa? People come and go. Selain itu, memiliki perasaan di dunia orang dewasa itu ga semudah cinta monyetnya anak smp/sma. Yang bucin. Yang gausah mikirin lain2nya. Yang... ah terlalu banyak. Saya belajar kalau pernikahan itu mengikatkan 2 keluarga, bukan 2 orang saja. Oleh karena itu, pertimbangannya begitu banyak dan lagi-lagi hal ini membuat saya semakin pemilih dan malah jadi tertutup. hah, ada apa sih sama diri saya.<br />
<br />
...<br />
<br />
Intinya, sih tulisan ini cuman untuk mencurahkan apa pernikahn bagi saya. Apa yang saya rasain. Saya juga mau berkeluarga, punya tempat buat curhat; berbagi suka duka. Tapi, masih belum yakin juga untuk membuka hati; membuka diri ke orang lain. Saya..... masih takut jatuh hati. hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-40767499767700275062019-03-26T09:13:00.001-07:002019-03-26T09:13:25.429-07:00SejenakAndai saat itu masih ada kesempatan untuk membuka hati, diri ini akan lebih peka. Lebih mendengarkan. Lebih merasakan.<br />
<br />
Sayang seribu sayang, kenangan tinggallah kenangan. Jalan hidup kita sudah tak berselisihan. Saya hanya menyesal tak mendengarkanmu.<br />
<br />
Biar waktu yang menyembuhkan. semoga.hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-82444056428970213682018-11-09T05:11:00.001-08:002018-11-09T05:11:44.268-08:00Jatuh Hati yang SebenarnyaJatuh Hati,<br />
Dua kata sarat makna<br />
Tak asing<br />
Dekat dengan sekitar<br />
<br />
Saya pun pernah mengalaminya<br />
....<br />
dan, masih takut untuk kembali mengalaminya<br />
<br />
<br />
...<br />
<br />
Jatuh hati bagi saya adalah jatuh sebenar-benarnya. Terlena dan lupa untuk terbangun kembali. Memilih diam adalah satu-satunya pilihan untuk tetap merasakan seperti ini saja. Hingga, akhirnya hati diinginkan pergi; memilih yang lain. Sakit? Ya. Tapi, saya bisa apa.<br />
<br />
Mengikhlaskan dan merelakan. Lagi-lagi, selalu mnejadi pilihan terakhir.<br />
<br />
Hingga akhirnya, hati ini kebas dan lupa merasa. Sudah berapa lama saya tidak merasa apa itu jatuh hati. Mengagumi. Memendam rasa. Saya benar-benar lupa<br />
<br />
...<br />
Lalu mengapa?<br />
Saya takut untuk jatuh lagi)<br />
Saya takut untuk kembali mempercayakan apa yang orang bilang itu "magis"<br />
Saya takut melihatnya pergi; memilih yang lain<br />
dan akhirnya terpisahkan hingga tak ada pilihan lain untuk memilihnya<br />
...<br />
<br />
Pada akhirnya, kembali terjebak dalam nostalgia<br />
Terjerat memori<br />
dan tak mampu meraih lagi<br />
apa-apa yang mestinya tak usah dipikirkan hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-68486909367332166042018-09-01T07:57:00.000-07:002018-09-01T07:57:13.198-07:00Sampai Kapan?<div style="text-align: center;">
"Kita bersua, namun bukan berarti bersauh dalam layar yang sama. Kita berjumpa namun bukan berarti terselip pertemuan selanjutnya. Hanya saja, saya kembali memendam asa. Menaruh harap."</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Andai waktu mampu diputar, saya memilih untuk kembali pada masa dimana kita hanyalah orang asing. Tak mengenal. Acuh sama sekali. Bahkan, lebih baiknya jarak sejauh apapun tak berasa. Ya, karena dahulu kita sempat menjadi orang asing bagi diri masing-masing.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Andai berbagai pilihan mampu dikembalikan, saya ingin mengambil pilihan lain. Untuk tetap menjaga jarak. Untuk tetap menjaga hati. Namun, seakan sia-sia, karena pada akhirnya saya kembali terperangkap dalam zona masa lalu. Mengulangi siklus yang sama. Bahkan, lebih sakit.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
...</div>
<br />
<br />
Percuma mengelak. Alam bawah sadar seakan terhipnotis. Menginginkan untuk lupa namun yang terjadi malah sebaliknya. Semakin teringat. Mampu kah saya untuk terlepas dari segala memori yang ada?<br />
<br />
...<br />
<br />
Kamu datang meninggalkan memori. Kemudian, hilang tanpa sepatah kata. Kembali lagi. Mengikat saya dalam dunia maya. Hingga, akhirnya, saya tetap disini. Menunggu. Merindu.<br />
<br />
...<br />
<br />
Kini, saya tidak akan pernah tahu kapan semua siklus ini akan berakhir. Merindu. Menyesal. Menyibukkan diri. Hingga kembali memutar segala memori. Sejujurnya, saya lelah. hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-12033096453996188502018-04-06T07:44:00.000-07:002018-04-06T07:44:08.589-07:00Menyerah dengan harapKetika jarak terlalu dekat, seringkali luput sebuah kebahagiaan yang baru tersadari ketika jarak semakin merenggang. Sayangnya, manusia seringkali luput, hinga timbullah penyesalan. Sedang saya kini pun merasakan hal demikian. Menyesal menyia-nyiakan dekatnya jarak hingga waktu mulai merenggangkannya, membunuh jarak untuk membunuh asa.<br />
<br />
... <br />
<br />
Dulu, menjauh adalah sebuah keharusan. Bahkan, wajib hukumnya demi menjaga perasaan yang sempat rampuh di masa lalu. Menjauh terus menjauh. Parahnya, mendorong siapapun untuk pergi; tidak sekalipun mengizinkan untuk sekadar singgah atau mengenal. Pada akhirnya, melewatkan suatu;seseorang; yang mengetuk pintu hati dengan lembut. Sayang, hatinya telah membeku hingga lupa bagaimana cara membuka pintu dan menyambut tamu.<br />
<br />
Seseorang itu pun pergi. Menghilang tanpa jejak. Tetapi, meninggalkan kilasan-kilasan memori yang masih membekas bagi si pemilik hati. Selayaknya putaran kaset di radio atau piringan hitam di turnable yang mengalunkan musik, pun layaknya kamera yang menampilkan kilasan video, memori itu menyatu menjadi sebuah film,memainkan emosi sang pemilik hati, mengalunkan alunan nada indah juga pilu untuk didengar kembali. Mengapa? karena di dalamnya begitu banyak memori manis, hanya saja dilewatkan karena perasaan takut kembali merapuhkan hatinya bagi sang pemilik hati.<br />
<br />
...<br />
<br />
Awalnya, saya tak ingin merasa menyesal. Memiilih lupa adalah suatu jalan keluar;solusi terbaik. Kita melangkah di jalan masing-masing. Meninggalkan kenangan. Menjalani kehidupan baru. Hingga pada suatu hari, tibalah sebuah pertemuan.<br />
<br />
Yang menghancurkan pertahanan diri<br />
Yang meluapkan segala memori<br />
Yang memercikkan api harapan<br />
Yang......melepaskan rasa rindu<br />
dan membuat tersadar<br />
bahwa selama ini<br />
jarak yang ditempuh<br />
waktu yang bergulir<br />
tak pernah berhasil menghapus perasaan ini<br />
tak pernah berhasil meredam rindu<br />
tak pernah sekalipun<br />
mengikis<br />
memori<br />
kau<br />
dan<br />
aku<br />
<br />
...<br />
<br />
Ini tidak baik<br />
untukmu<br />
untukku<br />
<br />
Ini tidak akan pernah berakhir<br />
bila kembali terkoneksi<br />
<br />
Dan selamanya tidak akan berujung<br />
bila saya masih mengetahui kabarmu<br />
menunggumu di layar sosial media<br />
hanya sekadar melihat namamu terpampang<br />
<br />
---<br />
<br />
dan lagi-lagi<br />
<br />
tak terelakkan<br />
<br />
kita kembali terhubung dalam sebuah media fana<br />
<br />
semua jarak seakan tak berarti, karena kehebatan media sosial<br />
Ya, mendekatkan yang jauh<br />
dan mengikat semua memori, harap, dan asa<br />
<br />
....<br />
<br />
Jujur, saya menyerah<br />
hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-42200639138625719682017-10-26T07:25:00.000-07:002017-10-26T07:25:16.368-07:00Jika Waktu KembaliPernah satu waktu terlintas di benak, bagaimana bila waktu dapat diputar kembali? Akankah segala penyesalan musnah sudah? Ataukah hanya kembali menyisakan luka? Perih? Menyakitkan? Menyenangkan?<br />
<br />
Bagian dari potongan hindup seakan meminta untuk diperbaiki. Menjerit bahwa bukan ini yang seharusnya terjadi. Ada yang salah. Ada yang harus dibenarkan.<br />
<br />
Jadi, jika waktu kembali, akankah semua jeritan ini usai?<br />
<br />
Saya tidak tahu bahkan tidak pernah tahu dan tidak lagi ingin mengetahui<br />
<br />
Bilamana waktu dapat kembali, potongan hidup akan kembali terpasang sebagaimana mestinya karena memang ini yang harus terjadi<br />
<br />
Oh, bukan.<br />
<br />
Ini bukan perihal apa yang seharusnya terjadi tapi apa yang sebaiknya terjadi<br />
<br />
Lalu, mengapa saya selalu mempertanyakan tentang masa lalu yang berdampak pada masa depan? Bukankah saya hidup di masa ini?<br />
<br />
Ah, lagi-lagi saya lupa bahwa saya sedang menjalani kehidupan. Maafkan diri ini terlalu memikirkan masa lalu. Maafkan jalan hidup yang seakan tak ada kendali karena sang pengemudi hanya melihat ke belakang.<br />
<br />
Ini bukan tentang masa lalu atau masa depan. Ini tentang bagaimana masa kini dihidupkan.<br />
<br />
Thasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-11891090428927486912017-06-22T08:58:00.002-07:002017-06-22T08:58:57.125-07:00'Till We Meet AgainDulu, aku berusaha menerka<br />
Tentang pertemuan<br />
Yang awalnya hanya sekadar imajinasi<br />
Angan-angan<br />
Mustahil<br />
<br />
Dulu, aku bertanya-tanya<br />
Akan seperti apakah<br />
Bagaimanakah<br />
Dan segala praduga pun memenuhi pikiran<br />
<br />
Kini, imajinasi itu terjadi<br />
Angan-angan itu terwujudkan<br />
Ini bukan mustahil<br />
Ini nyata<br />
<br />
Aku<br />
Bingung<br />
Canggung<br />
Linglung<br />
<br />
Entahlah yang aku tahu semua terasa bias<br />
Antara bermimpi<br />
Atau memang ini nyata?<br />
<br />
Hingga akhirnya<br />
Tawanya memecahkan pikirku<br />
Suaranya membangkitkan kembali<br />
Semua kenangan masa lalu<br />
<br />
Entah pahit atau manis rasanya<br />
<br />
Yang aku tahu semuanya benar-benar lebih baik dari praduga-praduga yang telah dirangkai<br />
<br />
Yang aku tahu bahwa aku masih layak untuk sekadar berimajinasi<br />
<br />
Memang, tak ada yg mustahil, ya.<br />
<br />
---<br />
<br />
'Till we meet again. <br />
<br />
<br />hasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-84839092444083479272017-05-18T07:32:00.002-07:002017-05-18T07:32:29.642-07:00Ini Kisah HidupkuAku,<br />
Pernah suatu hari berharap<br />
Ingin menjadi seseorang<br />
Pernah suatu hari mengejar cita<br />
Untuk menggapai sebuah kata,<br />
Kesuksesan<br />
<br />
Aku,<br />
Telah tersandung di tengah jalan<br />
Tergores<br />
Terluka<br />
Berdarah<br />
Hingga akhirnya memilih untuk melepaskan apa yang orang bilang sebagai mimpi<br />
<br />
Aku,<br />
Saat itu<br />
Terpuruk<br />
<br />
Aku,<br />
Mulai mencoba bangkit kembali<br />
Menutup luka di sekujur tubuh<br />
Memejamkan mata<br />
Ingin berdamai dengan segala pahitnya kenangan<br />
<br />
Aku,<br />
Kini memutar arah<br />
Dari hal yang dihindari menjadi hal yang dijalani<br />
Dari hal yang tak pernah diduga menjadi sebuah realita<br />
<br />
Aku,<br />
Pernah melepas satu mimpi<br />
Hingga akhirnya beralih pada mimpi lain<br />
<br />
Aku,<br />
Pernah merencanakan jalan hidup<br />
Tapi Tuhan tahu jalan lain yang lebih baik<br />
<br />
Aku,<br />
Manusia<br />
Hanya ingin jatuh-bangunnya hidup tidak saja menggoreskan luka<br />
Tapi senyuman<br />
Di wajah yang telah lama tertekuk rupanyahasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3459000691806417359.post-31282906239593591682017-04-01T08:52:00.000-07:002017-04-01T08:52:08.852-07:00Tentang Sabtu MalamSepertinya memang saya tidak akrab dengan perasaan ini<br />
Sepertinya memang bukan saatnya<br />
Sepertinya saya jangan terlalu jatuh terlalu dalam<br />
<br />
Karena takut jatuh untuk kesekian kalinya<br />
Karena tak ada yg mampu dipercayahasna nabilahttp://www.blogger.com/profile/14591422833701405998noreply@blogger.com0