Bus, lampu, cakue, kitkat greentea.
Definisi rindu malam ini
Kalau kata sheryl sheinafia, ku belum siap terjatuh untuk kedua kalinya.
...
Efek nonton koala kumalnya raditya dika sampe sekarang masih kerasa, ya. Iya tentang patah hati terhebatnya dan soundtracknya pun ngena banget. Gue ngambil kesimpulan dari film tersebut buat mengobati patah hati ya berdamai dengan patah hatinya, dengan dia yang sempat membuat patah hati saya. Namun pertanyaannya, dianya pun tak pernah sadar bahwa ada orang yg patah hati karenanya.
Maka karena itu, dari sejak itu saya menjaraki hal apapun, kontak apapun, dan siapapun yang berkesempatan membuat jatuh.
Pertanyaannya, apa saya salah?
Namun, tetap saja saya khawatir bilamana terjadi patah hati terhebat yang kedua kalinya. Bilamana saya yg lagi-lagi dijatuhkan, ditinggalkan, dan dilupakan.
...
Hah
Gatau
Udah
Malem
Sometimes, I ask to myself,
"Am I wrong to choose this decision?"
"Is it right?"
"Can I survive?"
...
But, still, I don't know what's the answers.
Teruntuk .................,
Now Playing : Pelangi - Hivi
Hari ini :
Secondhand Serenade - Fall For You
The Script - The Man Who Can't Be Moved
Hasilnya :
Flashback
Baper
Yha gitu.
https://www.pinterest.com/melrose46/autumn/ |
Bandung, please be good to me.
[23.55]
Neomu bogoshippo
Tolong bilang kalau ini mimpi buruk.
Kalau sebenarnya keputusan belum ada yg dibuat.
Kalau sebenarnya penyesalan belum terjadi.
Tolong
Bilang
Ini
Hanya
Mimpi
Karena saya tak sanggup berada di dalamnya
...
Saya ingin terbangun kembali
Saya sudah terlalu lelah disini
Teruntuk, Kota Hujan
Kapan bahagia?
Kapan berhenti memikirkan masa lalu?
Kapan berhenti menyesali segala keputusan?
Kapan berhenti memikirkan orang lain?
Kapan lebih memperhatikan diri sendiri?
Kapan berhenti egois?
Kapan hatinya bisa cair kembali?
Kapan bisa lebih peduli?
Kapan meninggalkan kenangannya?
Hingga kapan?
...
Kata tanya kapan pun tak bisa menemukan "usai"-nya
Bagaimana jadinya bila seorang penulis hilang asa, tak punya kehidupan, terlibat dalam rutinitas monoton? Akankah karyanya menumpuk seperti yang lalu-lalu? Atau, hilang pula asanya untuk menulis.... karena apa yg harus ditulis?
...
Saya sedang seperti itu.
...
Malam ini, rindu akan aksara semakin membuncah. Teringat, dulu masih sempat meluangkan waktu untuk sekadar menyentuh papn ketik dan membiarkan jari menari di atasnya. Entah karena saya yg sok sibuk, sehingga ranah ini, rumah maya ini terlupakan begitu saja dan usang. Untungnya, tak perlu sarang laba-laba untuk menyebutnya usang.
29 Maret 2016. Hanya butuh kurang dari 1 jam hingga tiba di penghujung Maret, bab ketiga di tahun 2016. Jadi, bagaimana? Seperti biasa, monoton. Saya lihat orang2 semakin sibuk, begitupun saya tapi berbeda konteksnya. Kesibukan ini sibuk yg tertunda, yg seharusnya sibuk 1 bulan di tahun lalu malah menjadi sibuk 1 semester di tahun ini. Tidak munafik untuk mengakui bahwa lelahnya berpuluh kali lipat antara membagi tugas ini dan itu. Di antara mempertahankan yg ada di genggaman dan memperjuangkan yg sebenar-benarnya diinginkan. Lalu, mengapa monoton?
Mungkin, titik jenuh saya sudah mencapai puncaknya, bahkan memuncak tiap harinya. Lelah. Ya, saya akui. Bosan. Ya, saya akui. konteks disini adalah lelah dan bosan menjadi manusia kaku dan serius. Ini bukan saya. Maka karena itu, monoton disini karena semuanya datar. Ketawa jarang. Nangis sering. Jadinya? Grafiknya nurun deng ga monoton.
Maka karena itu, teruntuk layar putih yg selalu menjadi saksi bisu dan tempat luapan emosi, maaf bila saya merindu tapi tak sempat bersua karena masa ini benar2 masa paling hebat dalam fase hidup saya. Hebat monotonnya. Hebat bebannya. Hebat naik apalagi turunnya. Rutinitas ini seakan mengikis aksara2 bahkan memori2 dahulu.
..
Semoga dan bukan hanya semoga belaka, semester depan sudah punya rutinitas yg dimaknai dan dijalani dengan setulus-tulusnya dan sebahagia-bahagianya. Bismillah.
Bisa ganda berkebalikan gitu ya perannya
Yang membangun juga meruntuhkan
Saya orangnya emang gitu
Kalo suka sesuatu/seseorang emang sesuka itu
Sekalinya, gasuka ya sedetik pun saya gaakan tahan kalo ada sesuatu/seseorang itu
...
Iya, saya sesuka itu sama kenangannya,sensinya,obrolannya,atmosfirnya, maroon 5
23:26
Apa kabar?
Saya rindu.
"Saat ini, saya hanya butuh tombol hapus agar sakit ini hilang sudah, agar mereka dan kenangannya lenyap. Juga tombol reset karena ada keputusan yg ingin diluruskan."
Kenapa anak smansa tuh selalu menginspirasi ya..
Tapi, di kampus belum nemu yg bisa bikin merinding gitu.
...
Terus tiba2 gue ngarep suami gue anak smansa. HA HA
Hujan di sore hari selalu menyenangkan. Kenapa? Karena bebas mau basah kuyup juga ga akan sebel. Sampe bela2in naik ojek pas ujan cuma buat ngerasain ujan-ujanan.
Ujan sore hari tuh hangat, melankolis, damai. Seakan ngehapus beban seharian.
Ujan sore hari tuh selalu bikin flashback. Entah siapa, entah apa. Ujungnya jadi rindu entah apa, entah siapa.
Ujan sore hari tuh... romantis. Loveable.
Ujan sore hari tuh penuu cerita, penuh kenangan.
...
Tapi, sampai saat ini belum pernah nangis di tengah ujan macem quotes yang sering muncul di medsos. Makanya, ujan di sore hari tuh bikin bahagia.
Hehe.
Hari ini, sunyi ya.
...
Sore ini, saya tidak segera pulang ke rumah. Melipir sebentar untuk mengisi perut. Oh ya, sore ini hujan. Di restoran itu agak ramai. Saya mengambil tempat duduk di depan jendela. Tak ada yg istimewa, kok. Hanya pemandangan rel kereta yg kosong dan orang lalu-lalang.
Sambil mengedarkan pandangan, seketika itu pikiran saya memulai kilas-balik. Kawasan restoran itu memang sudah bukan tempat asing lagi. Terlalu banyak kenangan hingga akhirnya rindu mehinggapi. Saya ingin kembali seperti dulu.
Entahlah, tapi sore ini begitu melankolis, begitu-suasana-novel. Bahkan, keramaian di sekitar seakan berlalu begitu saja di telinga. Lucunya, alunan lagu yang disetel disana begitu mendukung suasana. Semesta memang selalu berkonspirasi.
...
Pertama kalinya, di tahun 2016, turun hujan yg begitu hangat namun menyayat hati. Begitu banyak rindu yg diselipkan pada tetes-tetes air di jendela. Rindu suasana dahulu.
Ya Tuhan, saya kembali hidup di masa lalu.
Abu-abu
Kaku
Datar
Usang
Sarang laba-labanya semakin menumpuk
Gelapnya semakin kelam
Sampai kapan?
Masih kukuh untuk menanti?
Di tengah mobilitas manusia egois
Lalu,
Sampai kapan?
Sampai kapan menanti seseorang mendobrak pintunya
Di lain pihak kamu sendiri yg selalu menahan pintu tersebut setiap kali ada yang mencoba mendobrak
Melapangkan hati bukan perkara mudah. Apalagi merelakan mimpi. Masih tersisa sedikit luka. Sedikit ? Tidak, sepertinya masih bersisa banyak luka.
Saya belum ikhlas
....
Hidup itu tentang perjuangan, bukan? Bagaimana bila yang dijalani hanya sekadar untuk berada dalam zona aman. Menyerah untuk berjuang lebih hingga melepas mimpi yg dibangun sejak kecil. Bodoh, bukan? Haha memang.
Hingga saat ini pun mimpi saya seakan bias bahkan tak terwujud. Arah hidup semakin tak jelas. Hah, saya memang terlalu target-oriented. Jadinya kelabakan kalau ada target yg gagal.
Tentang zona aman sendiri.... ternyata bisa sememuakkan ini ya. Malah berubah jadi ga aman. Was was sama masa depan.
...
Makanya, cuma mau ngingetin buat yg terdampar di tulisan ini, perjuangkan apa yg menurutmu pantas diperjuangkan.
Biar ga nyesel. Kayak gue.
Kalau kata sheryl sheinafia, ku belum siap terjatuh untuk kedua kalinya.
...
Efek nonton koala kumalnya raditya dika sampe sekarang masih kerasa, ya. Iya tentang patah hati terhebatnya dan soundtracknya pun ngena banget. Gue ngambil kesimpulan dari film tersebut buat mengobati patah hati ya berdamai dengan patah hatinya, dengan dia yang sempat membuat patah hati saya. Namun pertanyaannya, dianya pun tak pernah sadar bahwa ada orang yg patah hati karenanya.
Maka karena itu, dari sejak itu saya menjaraki hal apapun, kontak apapun, dan siapapun yang berkesempatan membuat jatuh.
Pertanyaannya, apa saya salah?
Namun, tetap saja saya khawatir bilamana terjadi patah hati terhebat yang kedua kalinya. Bilamana saya yg lagi-lagi dijatuhkan, ditinggalkan, dan dilupakan.
...
Hah
Gatau
Udah
Malem
https://www.pinterest.com/melrose46/autumn/ |
Kapan bahagia?
Kapan berhenti memikirkan masa lalu?
Kapan berhenti menyesali segala keputusan?
Kapan berhenti memikirkan orang lain?
Kapan lebih memperhatikan diri sendiri?
Kapan berhenti egois?
Kapan hatinya bisa cair kembali?
Kapan bisa lebih peduli?
Kapan meninggalkan kenangannya?
Hingga kapan?
...
Kata tanya kapan pun tak bisa menemukan "usai"-nya
Bagaimana jadinya bila seorang penulis hilang asa, tak punya kehidupan, terlibat dalam rutinitas monoton? Akankah karyanya menumpuk seperti yang lalu-lalu? Atau, hilang pula asanya untuk menulis.... karena apa yg harus ditulis?
...
Saya sedang seperti itu.
...
Malam ini, rindu akan aksara semakin membuncah. Teringat, dulu masih sempat meluangkan waktu untuk sekadar menyentuh papn ketik dan membiarkan jari menari di atasnya. Entah karena saya yg sok sibuk, sehingga ranah ini, rumah maya ini terlupakan begitu saja dan usang. Untungnya, tak perlu sarang laba-laba untuk menyebutnya usang.
29 Maret 2016. Hanya butuh kurang dari 1 jam hingga tiba di penghujung Maret, bab ketiga di tahun 2016. Jadi, bagaimana? Seperti biasa, monoton. Saya lihat orang2 semakin sibuk, begitupun saya tapi berbeda konteksnya. Kesibukan ini sibuk yg tertunda, yg seharusnya sibuk 1 bulan di tahun lalu malah menjadi sibuk 1 semester di tahun ini. Tidak munafik untuk mengakui bahwa lelahnya berpuluh kali lipat antara membagi tugas ini dan itu. Di antara mempertahankan yg ada di genggaman dan memperjuangkan yg sebenar-benarnya diinginkan. Lalu, mengapa monoton?
Mungkin, titik jenuh saya sudah mencapai puncaknya, bahkan memuncak tiap harinya. Lelah. Ya, saya akui. Bosan. Ya, saya akui. konteks disini adalah lelah dan bosan menjadi manusia kaku dan serius. Ini bukan saya. Maka karena itu, monoton disini karena semuanya datar. Ketawa jarang. Nangis sering. Jadinya? Grafiknya nurun deng ga monoton.
Maka karena itu, teruntuk layar putih yg selalu menjadi saksi bisu dan tempat luapan emosi, maaf bila saya merindu tapi tak sempat bersua karena masa ini benar2 masa paling hebat dalam fase hidup saya. Hebat monotonnya. Hebat bebannya. Hebat naik apalagi turunnya. Rutinitas ini seakan mengikis aksara2 bahkan memori2 dahulu.
..
Semoga dan bukan hanya semoga belaka, semester depan sudah punya rutinitas yg dimaknai dan dijalani dengan setulus-tulusnya dan sebahagia-bahagianya. Bismillah.
Benar adanya kata orang bahwa patah hati pertama kali tak akan terlupakan. Masih tersisa bekasnya. Masih terasa lukanya. Bahkan, hingga kini saya ragu untuk membuka hati. Lagi-lagi, saya takut terjatuh kembali.
...
Kebas. Mati rasa.
Kenapa anak smansa tuh selalu menginspirasi ya..
Tapi, di kampus belum nemu yg bisa bikin merinding gitu.
...
Terus tiba2 gue ngarep suami gue anak smansa. HA HA
Hujan di sore hari selalu menyenangkan. Kenapa? Karena bebas mau basah kuyup juga ga akan sebel. Sampe bela2in naik ojek pas ujan cuma buat ngerasain ujan-ujanan.
Ujan sore hari tuh hangat, melankolis, damai. Seakan ngehapus beban seharian.
Ujan sore hari tuh selalu bikin flashback. Entah siapa, entah apa. Ujungnya jadi rindu entah apa, entah siapa.
Ujan sore hari tuh... romantis. Loveable.
Ujan sore hari tuh penuu cerita, penuh kenangan.
...
Tapi, sampai saat ini belum pernah nangis di tengah ujan macem quotes yang sering muncul di medsos. Makanya, ujan di sore hari tuh bikin bahagia.
Hehe.
Hari ini, sunyi ya.
...
Sore ini, saya tidak segera pulang ke rumah. Melipir sebentar untuk mengisi perut. Oh ya, sore ini hujan. Di restoran itu agak ramai. Saya mengambil tempat duduk di depan jendela. Tak ada yg istimewa, kok. Hanya pemandangan rel kereta yg kosong dan orang lalu-lalang.
Sambil mengedarkan pandangan, seketika itu pikiran saya memulai kilas-balik. Kawasan restoran itu memang sudah bukan tempat asing lagi. Terlalu banyak kenangan hingga akhirnya rindu mehinggapi. Saya ingin kembali seperti dulu.
Entahlah, tapi sore ini begitu melankolis, begitu-suasana-novel. Bahkan, keramaian di sekitar seakan berlalu begitu saja di telinga. Lucunya, alunan lagu yang disetel disana begitu mendukung suasana. Semesta memang selalu berkonspirasi.
...
Pertama kalinya, di tahun 2016, turun hujan yg begitu hangat namun menyayat hati. Begitu banyak rindu yg diselipkan pada tetes-tetes air di jendela. Rindu suasana dahulu.
Ya Tuhan, saya kembali hidup di masa lalu.
Abu-abu
Kaku
Datar
Usang
Sarang laba-labanya semakin menumpuk
Gelapnya semakin kelam
Sampai kapan?
Masih kukuh untuk menanti?
Di tengah mobilitas manusia egois
Lalu,
Sampai kapan?
Sampai kapan menanti seseorang mendobrak pintunya
Di lain pihak kamu sendiri yg selalu menahan pintu tersebut setiap kali ada yang mencoba mendobrak
Melapangkan hati bukan perkara mudah. Apalagi merelakan mimpi. Masih tersisa sedikit luka. Sedikit ? Tidak, sepertinya masih bersisa banyak luka.
Saya belum ikhlas
....
Hidup itu tentang perjuangan, bukan? Bagaimana bila yang dijalani hanya sekadar untuk berada dalam zona aman. Menyerah untuk berjuang lebih hingga melepas mimpi yg dibangun sejak kecil. Bodoh, bukan? Haha memang.
Hingga saat ini pun mimpi saya seakan bias bahkan tak terwujud. Arah hidup semakin tak jelas. Hah, saya memang terlalu target-oriented. Jadinya kelabakan kalau ada target yg gagal.
Tentang zona aman sendiri.... ternyata bisa sememuakkan ini ya. Malah berubah jadi ga aman. Was was sama masa depan.
...
Makanya, cuma mau ngingetin buat yg terdampar di tulisan ini, perjuangkan apa yg menurutmu pantas diperjuangkan.
Biar ga nyesel. Kayak gue.