Kamis, 31 Desember 2015

Dadah 2015.

Saya cuma mau bilang, " saya lelah menjadi orang baik. "

Read More

Menjadi Kuat

Ketika dunia terasa memuakkan, kemanakah tujuanmu kembali?
Ketika kamu melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah dan ternyata tak ada orang yang menyambut, apakah yang akan dilakukan?
Ketika semua orang yang dicinta pergi meninggalkan -entah apapun itu caranya-, akankah kamu tetap memutuskan untuk menjalani hidup ? Sendirian?
Ketika di dunia ini kamu mempertahankan hidup sendirian tanpa ada pundak untuk bersandar, telinga untuk mendengarkan, apakah kamu akan menjadi kuat?

Menjadi kuat sendirian di dunia yang terlalu kejam ini,
Apakah kamu sanggup?

...

Dikisahkan, seorang gadis lugu yang tinggal di bumi menjalani hidup normal. Masa kecilnya begitu indah, masih terdengar canda tawanya. Masih banyak orang yang menyukainya. Temannya pun banyak pula.

Seiring waktu berjalan, banyak hal yang dilaluinya. Manis dan pahit mulai dicicipinya. Hingga pada satu titik ia merasa lelah dengan hidupnya. Semakin ia mencari jati dirinya, semakin ia kehilangan jati dirinya. Ia hidup di balik punggung orang lain. Ketergantungan. Saat di lepas bagaikan kepompong yang gagal bermetamorfosis -sayapnya tak muncul. Saat itulah ia sadar dunia begitu kejam hingga ia tak sanggup untuk mengarunginya. Ia pun menyerah.

Di tengah keputusasaan tersebut, teman-temannya berangsur-angsur menghilang, keluarganya seakan-akan selalu tak sepaham dengannya. Ia pun merasa sendiri. Beruntungnya, gadis tersebut masih sanggup bertahan. Tidak tergerus kejamnya hidup. Tidak tenggelam fananya dunia. Ternyata, kesendiriannya menjadikan ia gadis yang kuat.

Apakah seutuhnya kuat? Oh, tentunya tidak. Gadis itu hanya mengumpulkan hatinya yang berserakan. Yang telah dipatahkan orang-orang yang dicintanya. Gadis yang dulunya tawanya paling menggelegar dan kini menjadi yang paling datar senyumnya ini, pernah menyayangi orang-orang di sekelilingnya. Sayangnya, sekali ia menyayangi dan mempercayai seseorang, sekali itu pula hatinya dipatahkan. Mengapa? Karena setulus-tulusnya kasih yang diberi dan kepedulian yang ditunjukkan tak pernah satu orang pun yang menghargainya. Dulu, ia percaya pada pepatah, "Berbuat baiklah pada orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan seperti itu.". Sayangnya, pepatah itu pun mematahkan kepercayaannya karena sekalipun ia berbuat baik dan berusaha peduli hingga mengorbankan kepentingan bahkan hidupnya sendiri, tak pernah seseorang pun yang berusaha membalasnya atau sekadar berterima kasih. Tak ada.


Maka, tumbuhlah gadis itu menjadi seseorang yang dingin. Tak ada pendamping. Tak ada sahabat. Tak ada teman. Tak ada "rumah".

Jadi, apakah dia kuat?

Dia kuat hanya saja dibentuk dari patah hati yang tak ada habisnya.

...

Mungkin, orang akan bilang, "malangnya hidup gadis tersebut". Tidak sekalipun tidak. Dia bahagia walau dalam sedih yang menyakitkan.

...

Tetaplah jadi kuat, wahai gadis yang katanya malang
Biar kau tumbuh sendiri
Menumbuhkan jiwa yang sepi
Merangkai sosok sekuat baja
Tak perlulah hangatnya interaksi dengan manusia lain
Karena kenyataannya hatimu telah mati
Pergi meninggalkan dunia yang menggerusmu

Read More

Selamat Tinggal 2015

[21:53]

Oh, bentar lagi 2016.  Tinggal menghitung jam. Sayangnya, saya bukan orang yang senang merayakan pergantian tahun. Apa yang harus dirayakan? Tahun yang baru? Walau sadar bahwa tahun sebelumnya "gini-gini" aja, masih mau ngerayain?

Sebelum 2015 nya bener-bener habis ya mending direnungin udh ngapain aja setahun kemarin.

...

Malam ini, tumben-tumbennya petasan masih sedikit bunyinya. Tahun kemarin udah jedar-jedor kek apa tau. Sepi. 2015 ternyata ga lebih baik dari tahun kemarin. Malah banyak banget penyesalan-penyesalan yang numpuk gara2 salah ngambil keputusan. Apalagi......keputusan tentang masa depan. Sampai detik ini pun masih teramat nyesel.

Hah. Resolusi ternyata tidak pernah bekerja dengan baik buat hidup gue. Hanya sekadar formalitas bahwa tahun selanjutnya sudah ada target walaupun bukan sebenar-benarnya target. Tahun demi tahun selama 4 tahun ke belakang masih terasa sama. Datar. Entahlah seakan ga ada yang berubah malah kayak terpuruk.

Semakin beranjak tua, semakin nyadar pula bahwa sejatinya pergantian tahun bukanlah suatu hal yang harus dirayakan melainkan direnungkan. Mengapa? Karena banyak hal yang semestinya diintropeksi mana saja bagian yang salah agar tak akan terulang lagi. Sayangnya, orang2 terlalu buta untuk sekadar memeriksa dirinya. Terlalu bahagia untuk meninggalkan tahun yang lalu dan segala kesalahannya. Memang, manusia harus bangkit dari keterpurukan dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Tapi, apa salahnya untuk sekadar merenungi dan memperbaiki?

Dan setelah seharian mikirin apa aja yang udah diukir di tahun ini ternyata... ga ada. Malah semua target bergeser ke arah yang sama sekali ga pernah dipikirin sebelumnya. Lucu. Selalu begitu siklusnya dimana awal tahun begitu berambisi dan di penghujung tahun nyesel gara2 kenapa begitu males buat berubah lebih baik.

Ya, jadi itu 2015 versi gue. Naik, turun, ga ada artinya. Penuh penyesalan.

...

Setelah kilas balik gue udah ngerasa cukup untuk buat resolusi.  Entahlah menurut gue ga begitu penting pula jika hanya sekadar formalitas dan kata "semoga" hanya penghias belaka.

Tapi, terimakasih 2015 telah mengajarkan pelajaran paling berharga,

"Jadi diri sendiri. Ambil keputusan yang pasti dan jalani hidup sebagaimana itu hidupmu -yang patut diperjuangkan."

...

Sekian, selamat tinggal 2015.
Read More

Kamis, 31 Desember 2015

Dadah 2015.

Saya cuma mau bilang, " saya lelah menjadi orang baik. "

Menjadi Kuat

Ketika dunia terasa memuakkan, kemanakah tujuanmu kembali?
Ketika kamu melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah dan ternyata tak ada orang yang menyambut, apakah yang akan dilakukan?
Ketika semua orang yang dicinta pergi meninggalkan -entah apapun itu caranya-, akankah kamu tetap memutuskan untuk menjalani hidup ? Sendirian?
Ketika di dunia ini kamu mempertahankan hidup sendirian tanpa ada pundak untuk bersandar, telinga untuk mendengarkan, apakah kamu akan menjadi kuat?

Menjadi kuat sendirian di dunia yang terlalu kejam ini,
Apakah kamu sanggup?

...

Dikisahkan, seorang gadis lugu yang tinggal di bumi menjalani hidup normal. Masa kecilnya begitu indah, masih terdengar canda tawanya. Masih banyak orang yang menyukainya. Temannya pun banyak pula.

Seiring waktu berjalan, banyak hal yang dilaluinya. Manis dan pahit mulai dicicipinya. Hingga pada satu titik ia merasa lelah dengan hidupnya. Semakin ia mencari jati dirinya, semakin ia kehilangan jati dirinya. Ia hidup di balik punggung orang lain. Ketergantungan. Saat di lepas bagaikan kepompong yang gagal bermetamorfosis -sayapnya tak muncul. Saat itulah ia sadar dunia begitu kejam hingga ia tak sanggup untuk mengarunginya. Ia pun menyerah.

Di tengah keputusasaan tersebut, teman-temannya berangsur-angsur menghilang, keluarganya seakan-akan selalu tak sepaham dengannya. Ia pun merasa sendiri. Beruntungnya, gadis tersebut masih sanggup bertahan. Tidak tergerus kejamnya hidup. Tidak tenggelam fananya dunia. Ternyata, kesendiriannya menjadikan ia gadis yang kuat.

Apakah seutuhnya kuat? Oh, tentunya tidak. Gadis itu hanya mengumpulkan hatinya yang berserakan. Yang telah dipatahkan orang-orang yang dicintanya. Gadis yang dulunya tawanya paling menggelegar dan kini menjadi yang paling datar senyumnya ini, pernah menyayangi orang-orang di sekelilingnya. Sayangnya, sekali ia menyayangi dan mempercayai seseorang, sekali itu pula hatinya dipatahkan. Mengapa? Karena setulus-tulusnya kasih yang diberi dan kepedulian yang ditunjukkan tak pernah satu orang pun yang menghargainya. Dulu, ia percaya pada pepatah, "Berbuat baiklah pada orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan seperti itu.". Sayangnya, pepatah itu pun mematahkan kepercayaannya karena sekalipun ia berbuat baik dan berusaha peduli hingga mengorbankan kepentingan bahkan hidupnya sendiri, tak pernah seseorang pun yang berusaha membalasnya atau sekadar berterima kasih. Tak ada.


Maka, tumbuhlah gadis itu menjadi seseorang yang dingin. Tak ada pendamping. Tak ada sahabat. Tak ada teman. Tak ada "rumah".

Jadi, apakah dia kuat?

Dia kuat hanya saja dibentuk dari patah hati yang tak ada habisnya.

...

Mungkin, orang akan bilang, "malangnya hidup gadis tersebut". Tidak sekalipun tidak. Dia bahagia walau dalam sedih yang menyakitkan.

...

Tetaplah jadi kuat, wahai gadis yang katanya malang
Biar kau tumbuh sendiri
Menumbuhkan jiwa yang sepi
Merangkai sosok sekuat baja
Tak perlulah hangatnya interaksi dengan manusia lain
Karena kenyataannya hatimu telah mati
Pergi meninggalkan dunia yang menggerusmu

Selamat Tinggal 2015

[21:53]

Oh, bentar lagi 2016.  Tinggal menghitung jam. Sayangnya, saya bukan orang yang senang merayakan pergantian tahun. Apa yang harus dirayakan? Tahun yang baru? Walau sadar bahwa tahun sebelumnya "gini-gini" aja, masih mau ngerayain?

Sebelum 2015 nya bener-bener habis ya mending direnungin udh ngapain aja setahun kemarin.

...

Malam ini, tumben-tumbennya petasan masih sedikit bunyinya. Tahun kemarin udah jedar-jedor kek apa tau. Sepi. 2015 ternyata ga lebih baik dari tahun kemarin. Malah banyak banget penyesalan-penyesalan yang numpuk gara2 salah ngambil keputusan. Apalagi......keputusan tentang masa depan. Sampai detik ini pun masih teramat nyesel.

Hah. Resolusi ternyata tidak pernah bekerja dengan baik buat hidup gue. Hanya sekadar formalitas bahwa tahun selanjutnya sudah ada target walaupun bukan sebenar-benarnya target. Tahun demi tahun selama 4 tahun ke belakang masih terasa sama. Datar. Entahlah seakan ga ada yang berubah malah kayak terpuruk.

Semakin beranjak tua, semakin nyadar pula bahwa sejatinya pergantian tahun bukanlah suatu hal yang harus dirayakan melainkan direnungkan. Mengapa? Karena banyak hal yang semestinya diintropeksi mana saja bagian yang salah agar tak akan terulang lagi. Sayangnya, orang2 terlalu buta untuk sekadar memeriksa dirinya. Terlalu bahagia untuk meninggalkan tahun yang lalu dan segala kesalahannya. Memang, manusia harus bangkit dari keterpurukan dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Tapi, apa salahnya untuk sekadar merenungi dan memperbaiki?

Dan setelah seharian mikirin apa aja yang udah diukir di tahun ini ternyata... ga ada. Malah semua target bergeser ke arah yang sama sekali ga pernah dipikirin sebelumnya. Lucu. Selalu begitu siklusnya dimana awal tahun begitu berambisi dan di penghujung tahun nyesel gara2 kenapa begitu males buat berubah lebih baik.

Ya, jadi itu 2015 versi gue. Naik, turun, ga ada artinya. Penuh penyesalan.

...

Setelah kilas balik gue udah ngerasa cukup untuk buat resolusi.  Entahlah menurut gue ga begitu penting pula jika hanya sekadar formalitas dan kata "semoga" hanya penghias belaka.

Tapi, terimakasih 2015 telah mengajarkan pelajaran paling berharga,

"Jadi diri sendiri. Ambil keputusan yang pasti dan jalani hidup sebagaimana itu hidupmu -yang patut diperjuangkan."

...

Sekian, selamat tinggal 2015.
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers