Jumat, 06 April 2018

Menyerah dengan harap

Ketika jarak terlalu dekat, seringkali luput sebuah kebahagiaan yang baru tersadari ketika jarak semakin merenggang. Sayangnya, manusia seringkali luput, hinga timbullah penyesalan. Sedang saya kini pun merasakan hal demikian. Menyesal menyia-nyiakan dekatnya jarak hingga waktu mulai merenggangkannya, membunuh jarak untuk membunuh asa.

...

Dulu, menjauh adalah sebuah keharusan. Bahkan, wajib hukumnya demi menjaga perasaan yang sempat rampuh di masa lalu. Menjauh terus menjauh. Parahnya, mendorong siapapun untuk pergi; tidak sekalipun mengizinkan untuk sekadar singgah atau mengenal. Pada akhirnya, melewatkan suatu;seseorang; yang mengetuk pintu hati dengan lembut. Sayang, hatinya telah membeku hingga lupa bagaimana cara membuka pintu dan menyambut tamu.

Seseorang itu pun pergi. Menghilang tanpa jejak. Tetapi, meninggalkan kilasan-kilasan memori yang masih membekas bagi si pemilik hati. Selayaknya putaran kaset di radio  atau piringan hitam di turnable yang mengalunkan musik, pun layaknya kamera yang menampilkan kilasan video, memori itu menyatu menjadi sebuah film,memainkan emosi sang pemilik hati, mengalunkan alunan nada indah juga pilu untuk didengar kembali. Mengapa? karena di dalamnya begitu banyak memori manis, hanya saja dilewatkan karena perasaan takut kembali merapuhkan hatinya bagi sang pemilik hati.

...

Awalnya, saya tak ingin merasa menyesal. Memiilih lupa adalah suatu jalan keluar;solusi terbaik. Kita melangkah di jalan masing-masing. Meninggalkan kenangan. Menjalani kehidupan baru. Hingga pada suatu hari, tibalah sebuah pertemuan.

Yang menghancurkan pertahanan diri
Yang meluapkan segala memori
Yang memercikkan api harapan
Yang......melepaskan rasa rindu
dan membuat tersadar
bahwa selama ini
jarak yang ditempuh
waktu yang bergulir
tak pernah berhasil menghapus perasaan ini
tak pernah berhasil meredam rindu
tak pernah sekalipun
mengikis
memori
kau
dan
aku

...

Ini tidak baik
untukmu
untukku

Ini tidak akan pernah berakhir
bila kembali terkoneksi

Dan selamanya tidak akan berujung
bila saya masih mengetahui kabarmu
menunggumu di layar sosial media
hanya sekadar melihat namamu terpampang

---

dan lagi-lagi

tak terelakkan

kita kembali terhubung dalam sebuah media fana

semua jarak seakan tak berarti, karena kehebatan media sosial
Ya, mendekatkan yang jauh
dan mengikat semua memori, harap, dan asa

....

Jujur, saya menyerah

0 comments:

Posting Komentar

Jumat, 06 April 2018

Menyerah dengan harap

Ketika jarak terlalu dekat, seringkali luput sebuah kebahagiaan yang baru tersadari ketika jarak semakin merenggang. Sayangnya, manusia seringkali luput, hinga timbullah penyesalan. Sedang saya kini pun merasakan hal demikian. Menyesal menyia-nyiakan dekatnya jarak hingga waktu mulai merenggangkannya, membunuh jarak untuk membunuh asa.

...

Dulu, menjauh adalah sebuah keharusan. Bahkan, wajib hukumnya demi menjaga perasaan yang sempat rampuh di masa lalu. Menjauh terus menjauh. Parahnya, mendorong siapapun untuk pergi; tidak sekalipun mengizinkan untuk sekadar singgah atau mengenal. Pada akhirnya, melewatkan suatu;seseorang; yang mengetuk pintu hati dengan lembut. Sayang, hatinya telah membeku hingga lupa bagaimana cara membuka pintu dan menyambut tamu.

Seseorang itu pun pergi. Menghilang tanpa jejak. Tetapi, meninggalkan kilasan-kilasan memori yang masih membekas bagi si pemilik hati. Selayaknya putaran kaset di radio  atau piringan hitam di turnable yang mengalunkan musik, pun layaknya kamera yang menampilkan kilasan video, memori itu menyatu menjadi sebuah film,memainkan emosi sang pemilik hati, mengalunkan alunan nada indah juga pilu untuk didengar kembali. Mengapa? karena di dalamnya begitu banyak memori manis, hanya saja dilewatkan karena perasaan takut kembali merapuhkan hatinya bagi sang pemilik hati.

...

Awalnya, saya tak ingin merasa menyesal. Memiilih lupa adalah suatu jalan keluar;solusi terbaik. Kita melangkah di jalan masing-masing. Meninggalkan kenangan. Menjalani kehidupan baru. Hingga pada suatu hari, tibalah sebuah pertemuan.

Yang menghancurkan pertahanan diri
Yang meluapkan segala memori
Yang memercikkan api harapan
Yang......melepaskan rasa rindu
dan membuat tersadar
bahwa selama ini
jarak yang ditempuh
waktu yang bergulir
tak pernah berhasil menghapus perasaan ini
tak pernah berhasil meredam rindu
tak pernah sekalipun
mengikis
memori
kau
dan
aku

...

Ini tidak baik
untukmu
untukku

Ini tidak akan pernah berakhir
bila kembali terkoneksi

Dan selamanya tidak akan berujung
bila saya masih mengetahui kabarmu
menunggumu di layar sosial media
hanya sekadar melihat namamu terpampang

---

dan lagi-lagi

tak terelakkan

kita kembali terhubung dalam sebuah media fana

semua jarak seakan tak berarti, karena kehebatan media sosial
Ya, mendekatkan yang jauh
dan mengikat semua memori, harap, dan asa

....

Jujur, saya menyerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers