Sayangnya, kita hidup dengan manusia lainnya. Yang juga butuh diperhatikan dan dipahami. Yang juga ingin angannya tercapai. Yang juga ingin menjadi pusat perhatian. Yang juga tak ingin perasaanya tersakiti. Manusia lainnya yang menuntut. Manusia lainnya yang merasa haknya harus terpenuhi semua.
Yang pada akhirnya terjadi persaingan dan toleransi. Memang berbanding terbalik, tapi inilah hidup penuh ironi. Toleransi untuk memahami. Bersaing untuk mencapai angan.Tapi, manusia terkadang egois. Ingin menuntut tanpa mau dituntut. Ingin dipahami tanpa mau memahami. Ingin dirangkul tanpa mau merangkul. Ingin dijaga tanpa mau menjaga.
Pernahkah terfikir bahwa di antara manusia-manusia itu ada sesosok manusia. Manusia rapuh. Dia selalu memahami apa yang orang lain rasakan walau tak ada yang pernah mencoba memahami dirinya. Selalu dituntut manusia lainnya tanpa pernah menuntut. Selalu merangkul tanpa pernah ada yang acuh untuk merangkulnya. Sadarkah bahwa manusia itu adalah manusia? Yang juga punya hati dan naluri. Yang juga punya hak. Tapi tak ada yang pernah sekedar bertanya "Bagaimana keadaanmu?". Manusia itu berjalan bagai robot. Badannya bagaikan mesin yang terus dijalankan. Hatinya beku dan mati hingga tak pernah ia memikirkan dirinya sendiri. Otaknya bercabang bagai batang pohon disertai ranting-rantingnya. Senyumnya palsu hanya untuk menutupi hambarnya hidup.
0 comments:
Posting Komentar