Senin, 14 Oktober 2013

Kita Hanya Manusia

    Semua manusia ingin dipahami. Semua manusia ingin diperhatikan. Semua manusia ingin menuntut. Ingin melakukan apa yang dia inginkan. Ingin semua perasaannya dapat terluapkan. Selalu berfikir bahwa keinginannya adalah yang terbaik untuknya. Ingin hanya dia,dia,dia yang diperhatikan. Ingin menjadi pusat perhatian. Semua manusia ingin dunia ini sepenuhnya. Ingin keinginannya terwujud. Ingin memegang dunia ini. Semua manusia punya perasaan dan keinginan.

☆Dream without limits☆ 
  Sayangnya, kita hidup dengan manusia lainnya. Yang juga butuh diperhatikan dan dipahami. Yang juga ingin angannya tercapai. Yang juga ingin menjadi pusat perhatian. Yang juga tak ingin perasaanya tersakiti. Manusia lainnya yang menuntut. Manusia lainnya yang merasa haknya harus terpenuhi semua.

"all monsters are human."

  Yang pada akhirnya terjadi persaingan dan toleransi. Memang berbanding terbalik, tapi inilah hidup penuh ironi. Toleransi untuk memahami. Bersaing untuk mencapai angan.Tapi, manusia terkadang egois. Ingin menuntut tanpa mau dituntut. Ingin dipahami tanpa mau memahami. Ingin dirangkul tanpa mau merangkul. Ingin dijaga tanpa mau menjaga.
society. 
  Pernahkah terfikir bahwa di antara manusia-manusia itu ada sesosok manusia. Manusia rapuh. Dia selalu memahami apa yang orang lain rasakan walau tak ada yang pernah mencoba memahami dirinya. Selalu dituntut manusia lainnya tanpa pernah menuntut. Selalu merangkul tanpa pernah ada yang acuh untuk merangkulnya. Sadarkah bahwa manusia itu adalah manusia? Yang juga punya hati dan naluri. Yang juga punya hak. Tapi tak ada yang pernah sekedar bertanya "Bagaimana keadaanmu?". Manusia itu berjalan bagai robot. Badannya bagaikan mesin yang terus dijalankan. Hatinya beku dan mati hingga tak pernah ia memikirkan dirinya sendiri. Otaknya bercabang bagai batang pohon disertai ranting-rantingnya. Senyumnya palsu hanya untuk menutupi hambarnya hidup.

"I don't want realism. I want magic!"

  Cobalah terka perasaan orang lain. Pahami mereka. Jangan hanya pahami ego sendiri. Aku, Kamu, Kita, Mereka hanyalah manusia. Lebih terasa indah jika semua memahami dan merangkul. Tak ada manusia menjelma menjadi robot. Tak ada hati yang membeku. Dan semua berujung pada sebuah alasan "karena kita hanyalah manusia"

Don't break yourself.

0 comments:

Posting Komentar

Senin, 14 Oktober 2013

Kita Hanya Manusia

    Semua manusia ingin dipahami. Semua manusia ingin diperhatikan. Semua manusia ingin menuntut. Ingin melakukan apa yang dia inginkan. Ingin semua perasaannya dapat terluapkan. Selalu berfikir bahwa keinginannya adalah yang terbaik untuknya. Ingin hanya dia,dia,dia yang diperhatikan. Ingin menjadi pusat perhatian. Semua manusia ingin dunia ini sepenuhnya. Ingin keinginannya terwujud. Ingin memegang dunia ini. Semua manusia punya perasaan dan keinginan.

☆Dream without limits☆ 
  Sayangnya, kita hidup dengan manusia lainnya. Yang juga butuh diperhatikan dan dipahami. Yang juga ingin angannya tercapai. Yang juga ingin menjadi pusat perhatian. Yang juga tak ingin perasaanya tersakiti. Manusia lainnya yang menuntut. Manusia lainnya yang merasa haknya harus terpenuhi semua.

"all monsters are human."

  Yang pada akhirnya terjadi persaingan dan toleransi. Memang berbanding terbalik, tapi inilah hidup penuh ironi. Toleransi untuk memahami. Bersaing untuk mencapai angan.Tapi, manusia terkadang egois. Ingin menuntut tanpa mau dituntut. Ingin dipahami tanpa mau memahami. Ingin dirangkul tanpa mau merangkul. Ingin dijaga tanpa mau menjaga.
society. 
  Pernahkah terfikir bahwa di antara manusia-manusia itu ada sesosok manusia. Manusia rapuh. Dia selalu memahami apa yang orang lain rasakan walau tak ada yang pernah mencoba memahami dirinya. Selalu dituntut manusia lainnya tanpa pernah menuntut. Selalu merangkul tanpa pernah ada yang acuh untuk merangkulnya. Sadarkah bahwa manusia itu adalah manusia? Yang juga punya hati dan naluri. Yang juga punya hak. Tapi tak ada yang pernah sekedar bertanya "Bagaimana keadaanmu?". Manusia itu berjalan bagai robot. Badannya bagaikan mesin yang terus dijalankan. Hatinya beku dan mati hingga tak pernah ia memikirkan dirinya sendiri. Otaknya bercabang bagai batang pohon disertai ranting-rantingnya. Senyumnya palsu hanya untuk menutupi hambarnya hidup.

"I don't want realism. I want magic!"

  Cobalah terka perasaan orang lain. Pahami mereka. Jangan hanya pahami ego sendiri. Aku, Kamu, Kita, Mereka hanyalah manusia. Lebih terasa indah jika semua memahami dan merangkul. Tak ada manusia menjelma menjadi robot. Tak ada hati yang membeku. Dan semua berujung pada sebuah alasan "karena kita hanyalah manusia"

Don't break yourself.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers