Kamis, 28 Mei 2015

Alasan Sang Peri

Dahulu, seorang peri kecil diturunkan ke bumi. Sayapnya indah nmenawan. Terlihat lemah tapi sebenarnya tak begitu. Ada gejolak harap menggelora tuk tebarkan benih kebahagiaan di muka bumi.

Ia tak seorang diri, dua sosok insan mengasuhnya. Sepasang kekasih yang diikatkan janji suci. Mereka bahagia Tuhan telah menitipkan peri kecil tersebut. Menyulut gejolak harap pada sang peri semakin besar.  Menanam cinta dan kasih.

Kini, peri kecil tersebut telah dewasa. Sayapnya tak semanis dahulu. Senyumnya tak begitu merekah. Harapnya kebanyakan pupus. Gejolak harap tlah sirna. Ia tergerus kejamnya dunia. Benci telah terpatri dalam hatinya. Ia membenci dunia.

Tetapi, dua sosok insan tersebut selalu tersenyum dan bersabar. Tak kenal letih tuk menbuat sang peri untuk terus berjuang mengarungi samudra kehidupan. Mereka percaya bahwa sang peri memiliki kekuatan. Hanya saja, ia terlalu takut tuk menunjukkannya. Tertutupi rasa kecewanya pada dunia.

Oh ya, dua sosok insan itu seringkali sang peri sebut sebagai bapa dan mama. Sang peri selalu percaya bahwa sebutan tersebut memiliki kekuatan magis tersendiri yang melecutnya agar tetap bertahan. Ya, dia harus bertahan agar senyum mereka tetap merekah. Agar segala peluh dan tetes keringat mereka dapat terbayar walau hanya sedikit.

Sekalipun sang peri kehilangan alasan untuk tinggal di muka bumi, ia kan teringat dua sosok insan tersebut. Bapa dan mama adalah alasan perjuangan hidupnya.

0 comments:

Posting Komentar

Kamis, 28 Mei 2015

Alasan Sang Peri

Dahulu, seorang peri kecil diturunkan ke bumi. Sayapnya indah nmenawan. Terlihat lemah tapi sebenarnya tak begitu. Ada gejolak harap menggelora tuk tebarkan benih kebahagiaan di muka bumi.

Ia tak seorang diri, dua sosok insan mengasuhnya. Sepasang kekasih yang diikatkan janji suci. Mereka bahagia Tuhan telah menitipkan peri kecil tersebut. Menyulut gejolak harap pada sang peri semakin besar.  Menanam cinta dan kasih.

Kini, peri kecil tersebut telah dewasa. Sayapnya tak semanis dahulu. Senyumnya tak begitu merekah. Harapnya kebanyakan pupus. Gejolak harap tlah sirna. Ia tergerus kejamnya dunia. Benci telah terpatri dalam hatinya. Ia membenci dunia.

Tetapi, dua sosok insan tersebut selalu tersenyum dan bersabar. Tak kenal letih tuk menbuat sang peri untuk terus berjuang mengarungi samudra kehidupan. Mereka percaya bahwa sang peri memiliki kekuatan. Hanya saja, ia terlalu takut tuk menunjukkannya. Tertutupi rasa kecewanya pada dunia.

Oh ya, dua sosok insan itu seringkali sang peri sebut sebagai bapa dan mama. Sang peri selalu percaya bahwa sebutan tersebut memiliki kekuatan magis tersendiri yang melecutnya agar tetap bertahan. Ya, dia harus bertahan agar senyum mereka tetap merekah. Agar segala peluh dan tetes keringat mereka dapat terbayar walau hanya sedikit.

Sekalipun sang peri kehilangan alasan untuk tinggal di muka bumi, ia kan teringat dua sosok insan tersebut. Bapa dan mama adalah alasan perjuangan hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers