Selasa, 23 Juni 2015

Definisi Mimpi

Mimpi itu apa?

....

Saya ingin menceritakan sedikit perjalanan saya menuju sebuah mimpi. Tidak, tidak hanya sebuah tapi beberapa. Mimpi yang berganti-ganti. Mimpi yg tak selalu pasti wujudnya.

Dulu, cita-cita saya menjadi dokter. Lebih tepatnya dokter anak. Saya ingin punya rumah sakit. Saya pernah membangun mimpi tersebut dengan ayah. Beliau bilang akan membuat sebuah rumah sakit untuk saya. Mulai dari perbincangan itu, semangat saya semakin bergejolak.

Mimpi itu semakin menggebu-gebu sampai kelas 12 semester 1. Dengan tekad yg pasti, saya tuliskan di papan tulis bismillah ca. Dokter anak. Tapi, semuanya berubah saat semester 2 datang. Perdebatan tak hentinya terjadi. Pikiran saya tak tahu lagi arahnya. Hingga ada satu waktu dimana saya merasa tak punya mimpi. Saat itu, saya benar-benar muak dengan keadaan. Saya merasa letih. Tak peduli dengan semuanya. Saat belajar di kelas, pikiran mengembara tak tentu arah. Saat mengerjakan tugas, hanya dilakukan setengah hati. Hari-hari terasa kusam, hanya air mata yg menemani. Ah, saya hilang harap.

Akhirnya, saya memutar haluan. Beberapa jurusan sempat terlintas. Teknik dan psikologi. Tapi semuanya kembali buyar. Hitungan bukan keahlian saya. Membaca kepribadian orang sudah jadi makanan sehari-hari dan saya sudah cukup letih untuk peka dengan manusia lain. Dan, jatuhlah pilihan saya ke jurusan kesehatan masyarakat. Sempat ragu. Tapi, saya sudah jatuh hati dengan rumpun kesehatan. Setelah browsing sana-sini, saya semakin mantap. Belum lagi saya sempat ngubek-ngubek lemari dan nemu hasil tes psikologi kelas 10. Social service. Ya, saya baru ingat bahwa apa yg membuat saya bermimpi menjadi dokter adalah saat saya turun tangan ke masyarakat. Walau tak jadi dokter, in shaa Allah saya akan tetap turun ke masyarakat sebagai agen pencegah. Bismillah.

Dan setelah berserah diri untuk apapun hasilnya di 9 mei nanti, semuanya pun terjawab. Saya, mahasiswi ilmu kesehatan masyarakat universitas indonesia. Saya bersyukur Allah memberikan jawaban atas segala tanya setahun ke belakang. Mungkin ini memang jalan yg terbaik. Manusia hanya bisa berencana, tetapi penentu sepenuhnya hanyalah Allah, bukan?

Doakan saya bisa memperjuangkan kesehatan masyarakat indonesia, ya :)

...

Penulis.

Saya sudah terlanjur jatuh hati dengan akasara. Tapi, jujur saya sangat amat tidak bisa dengan tata bahasa. Otak saya benar-benar kosong. Harusnya saya mulai belajar. Hah.

Sastra di mata saya, hanya terlihat seninya. Saat rangkaian kata mampu menghipnotis manusia untuk turut serta dalam cerita. Saat rangkaian kata begitu menyentuh hati. Saat rangkaian kata seakan memahami kita dalam diam.

Tapi, mimpi adalah mimpi. Seringkali berganti. Tiba-tiba ingin jadi editor walau tata bahasa pun tidak bisa. Saya suka sedikit kesal kalau ada typo dan semacamnya di sebuah cerita. Kesal karena menggangu suasana saat membaca. Saya bukan seseorang yg ulung dalam sastra kok hanya berdasarkan kenyamanan saat membaca. Hehe.

Doain ya entah editor atau penulis, semoga bisa punya kerjaan di bidang tulis-menulis :)

Oh ya, semoga taman baca/book gallery/kafe bukunya kesampaian. Aamiin.

...

Mimpi itu ya semacam pecutan buat hidup lu. Supaya ada yg bikin hidup lu tuh berarah. Ada targetnya. Tau yg pengen lu capai. Entah itu kesampean atau engga. Entah itu gonta-ganti atau tetep. Intinya, jangan lelah buat bermimpi. Hidup butuh cahaya dan mimpi menyumbang banyak cahaya untuk hidup.

Selamat bermimpi dan berjuang, kawan.

0 comments:

Posting Komentar

Selasa, 23 Juni 2015

Definisi Mimpi

Mimpi itu apa?

....

Saya ingin menceritakan sedikit perjalanan saya menuju sebuah mimpi. Tidak, tidak hanya sebuah tapi beberapa. Mimpi yang berganti-ganti. Mimpi yg tak selalu pasti wujudnya.

Dulu, cita-cita saya menjadi dokter. Lebih tepatnya dokter anak. Saya ingin punya rumah sakit. Saya pernah membangun mimpi tersebut dengan ayah. Beliau bilang akan membuat sebuah rumah sakit untuk saya. Mulai dari perbincangan itu, semangat saya semakin bergejolak.

Mimpi itu semakin menggebu-gebu sampai kelas 12 semester 1. Dengan tekad yg pasti, saya tuliskan di papan tulis bismillah ca. Dokter anak. Tapi, semuanya berubah saat semester 2 datang. Perdebatan tak hentinya terjadi. Pikiran saya tak tahu lagi arahnya. Hingga ada satu waktu dimana saya merasa tak punya mimpi. Saat itu, saya benar-benar muak dengan keadaan. Saya merasa letih. Tak peduli dengan semuanya. Saat belajar di kelas, pikiran mengembara tak tentu arah. Saat mengerjakan tugas, hanya dilakukan setengah hati. Hari-hari terasa kusam, hanya air mata yg menemani. Ah, saya hilang harap.

Akhirnya, saya memutar haluan. Beberapa jurusan sempat terlintas. Teknik dan psikologi. Tapi semuanya kembali buyar. Hitungan bukan keahlian saya. Membaca kepribadian orang sudah jadi makanan sehari-hari dan saya sudah cukup letih untuk peka dengan manusia lain. Dan, jatuhlah pilihan saya ke jurusan kesehatan masyarakat. Sempat ragu. Tapi, saya sudah jatuh hati dengan rumpun kesehatan. Setelah browsing sana-sini, saya semakin mantap. Belum lagi saya sempat ngubek-ngubek lemari dan nemu hasil tes psikologi kelas 10. Social service. Ya, saya baru ingat bahwa apa yg membuat saya bermimpi menjadi dokter adalah saat saya turun tangan ke masyarakat. Walau tak jadi dokter, in shaa Allah saya akan tetap turun ke masyarakat sebagai agen pencegah. Bismillah.

Dan setelah berserah diri untuk apapun hasilnya di 9 mei nanti, semuanya pun terjawab. Saya, mahasiswi ilmu kesehatan masyarakat universitas indonesia. Saya bersyukur Allah memberikan jawaban atas segala tanya setahun ke belakang. Mungkin ini memang jalan yg terbaik. Manusia hanya bisa berencana, tetapi penentu sepenuhnya hanyalah Allah, bukan?

Doakan saya bisa memperjuangkan kesehatan masyarakat indonesia, ya :)

...

Penulis.

Saya sudah terlanjur jatuh hati dengan akasara. Tapi, jujur saya sangat amat tidak bisa dengan tata bahasa. Otak saya benar-benar kosong. Harusnya saya mulai belajar. Hah.

Sastra di mata saya, hanya terlihat seninya. Saat rangkaian kata mampu menghipnotis manusia untuk turut serta dalam cerita. Saat rangkaian kata begitu menyentuh hati. Saat rangkaian kata seakan memahami kita dalam diam.

Tapi, mimpi adalah mimpi. Seringkali berganti. Tiba-tiba ingin jadi editor walau tata bahasa pun tidak bisa. Saya suka sedikit kesal kalau ada typo dan semacamnya di sebuah cerita. Kesal karena menggangu suasana saat membaca. Saya bukan seseorang yg ulung dalam sastra kok hanya berdasarkan kenyamanan saat membaca. Hehe.

Doain ya entah editor atau penulis, semoga bisa punya kerjaan di bidang tulis-menulis :)

Oh ya, semoga taman baca/book gallery/kafe bukunya kesampaian. Aamiin.

...

Mimpi itu ya semacam pecutan buat hidup lu. Supaya ada yg bikin hidup lu tuh berarah. Ada targetnya. Tau yg pengen lu capai. Entah itu kesampean atau engga. Entah itu gonta-ganti atau tetep. Intinya, jangan lelah buat bermimpi. Hidup butuh cahaya dan mimpi menyumbang banyak cahaya untuk hidup.

Selamat bermimpi dan berjuang, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers