Minggu, 23 Februari 2014

Hujan. Bias. Hampa.

  Mungkin 1 bulan ke belakang, adalah bulan yang paling kosong. Bukan kosong akan kegiatan. Semakin menumpuk malah. Tetapi tentang diri saya.

 Bulan ini hujan tidak henti-hentinya mengguyur kota ini. Kota dengan julukan hujannya. Rintik di pagi maupun malam sudah biasa terlihat. Udara dingin yang seringkali menyusupi seringkali terasa. Saya sudah terbiasa dengan suasana ini. Tapi, tidak dengan hati saya. Begitupun otak saya

 Entah apa yang mengganjal, tapi saya yakin bulan ini terasa tak nyata. Ulangan, rapat ekskul dan sebagainya terasa hambar. Tak ada dorongan apapun. Jika digambarkan, grafiknya akan menujunkan penurunan drastis. Hari demi hari saya jalani dengan datar. Bukan seperti kata orang yang seharusnya naik turun jika dianalogikan sebagai monitor detak jantung.

 Sempat terpikir dalam benak, jika hujanlah penyebabnya. Hujan membiaskan segalanya. Samar. Hingga hati pun tak yakin apakah ini nyata atau tidak. Apa hujan juga menghapus segala memori di bulan ini? Atau memadamkan api semangat yang awalnya membara?

 Naif jika menyalahkan hujan. Tapi, malam ini saya pun masih bingung. Apa yang telah terjadi pada diri saya. Semuanya terasa kosong. Saya mewujudkan mimpi dengan tidak riil. Bagaimana bisa mimpi itu membentuk menjadi suatu yang nyata?

Semuanya terasa hilang. Entah apa. Mungkin, bagian diri saya sudah terpecah dan tersebar entah kemana tepatnya. Semua yang harusnya diprioritaskan menjadi samar. Hampir hilang. Seakan rintik hujan pun mampu membiaskan prioritas yang sudah tertanam dalam otak.

Lalu bagaimana? Aku pun tak tahu. Yang saya tahu hanya hujan, bias,hampa. Dan kata yang kukenal pada bulan ini adalah "nanti". Nanti untuk ini dan itu. Sebegitu lalaikah manusia ini?

 Pada akhirnya, hujan pun memohon agar berhenti disalahkan Saya pun tersenyum maklum. Bukan salah hujan, bukan salah siapapun.

Hanya bisa mengakhiri tulisan ini dengan permintaan maaf untuk orang- orang yang mungkin sempat kecewa dan kesal.

nanti kalau hujan. jangan biarin aku lari sendiri yaa… :)
From google

 

0 comments:

Posting Komentar

Minggu, 23 Februari 2014

Hujan. Bias. Hampa.

  Mungkin 1 bulan ke belakang, adalah bulan yang paling kosong. Bukan kosong akan kegiatan. Semakin menumpuk malah. Tetapi tentang diri saya.

 Bulan ini hujan tidak henti-hentinya mengguyur kota ini. Kota dengan julukan hujannya. Rintik di pagi maupun malam sudah biasa terlihat. Udara dingin yang seringkali menyusupi seringkali terasa. Saya sudah terbiasa dengan suasana ini. Tapi, tidak dengan hati saya. Begitupun otak saya

 Entah apa yang mengganjal, tapi saya yakin bulan ini terasa tak nyata. Ulangan, rapat ekskul dan sebagainya terasa hambar. Tak ada dorongan apapun. Jika digambarkan, grafiknya akan menujunkan penurunan drastis. Hari demi hari saya jalani dengan datar. Bukan seperti kata orang yang seharusnya naik turun jika dianalogikan sebagai monitor detak jantung.

 Sempat terpikir dalam benak, jika hujanlah penyebabnya. Hujan membiaskan segalanya. Samar. Hingga hati pun tak yakin apakah ini nyata atau tidak. Apa hujan juga menghapus segala memori di bulan ini? Atau memadamkan api semangat yang awalnya membara?

 Naif jika menyalahkan hujan. Tapi, malam ini saya pun masih bingung. Apa yang telah terjadi pada diri saya. Semuanya terasa kosong. Saya mewujudkan mimpi dengan tidak riil. Bagaimana bisa mimpi itu membentuk menjadi suatu yang nyata?

Semuanya terasa hilang. Entah apa. Mungkin, bagian diri saya sudah terpecah dan tersebar entah kemana tepatnya. Semua yang harusnya diprioritaskan menjadi samar. Hampir hilang. Seakan rintik hujan pun mampu membiaskan prioritas yang sudah tertanam dalam otak.

Lalu bagaimana? Aku pun tak tahu. Yang saya tahu hanya hujan, bias,hampa. Dan kata yang kukenal pada bulan ini adalah "nanti". Nanti untuk ini dan itu. Sebegitu lalaikah manusia ini?

 Pada akhirnya, hujan pun memohon agar berhenti disalahkan Saya pun tersenyum maklum. Bukan salah hujan, bukan salah siapapun.

Hanya bisa mengakhiri tulisan ini dengan permintaan maaf untuk orang- orang yang mungkin sempat kecewa dan kesal.

nanti kalau hujan. jangan biarin aku lari sendiri yaa… :)
From google

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Followers